Kebingungan: Pertanyaan yang Selalu Mengekang
ditulis pada tanggal 28 April 2017
Bingung, selalu begitu judulnya setiap hari. Bingung menentukan, padahal belum tentu juga yang sedang ditentukan. Dalam hati terkadang bertanya, tapi setidaknya aku sudah berdo'a dan tiga kali mendapat petunjuk yang sama. Apakah aku meragukanNYA? apa hanya akunya saja yang tidak punya nyali untuk bertindak menentukannya? Apa emang akunya saja, begitu saja tidak bisa. Ya nyatanya memang begitu, rindu untuk bertemu, sudah bertemu malah membisu. Dasar payah! tidak bisa bertindak!
Pertanyaan, mulai muncul pertanyaan-pertanyaan dari rumah. Diserbu dengan pertanyaan yang sama ketika menyapa. Berusaha menenangkan, begitu saja kesehariannya. Tatapan mata kosong, bagaimana bisa bercerita, yang ada hanya mengeja. Mengeja langkah demi langkah. Banyak takut melangkahnya ketimbang langkah yang dijalaninya. Tidak tahu antara takut atau gengsi, yang pasti jauh dari relaksasi.
Mengekang, terkekang oleh bingung dan pertanyaan. Layakkah ini mengekang? aku rasa si tidak, tapi nyatanya setiap langkah tidak terasa menenangkan karena terfikirkan akan kebingungan dan pertanyaan. Berjalan kemana saja sama saja rasanya. Lalu harus berjalan kemana lagi? Berkunjung kesana kemari, yang diangan hanya kedua hal ini. Sampai saat inipun, mungkin aku masih dihantui dua hal ini. Lalu bagaimana caranya? yang jelas menghindar bukan pilihannya. Belajar menyelesaikan apa yang sudah dimulai, ambil resikonya.
Bingung, selalu begitu judulnya setiap hari. Bingung menentukan, padahal belum tentu juga yang sedang ditentukan. Dalam hati terkadang bertanya, tapi setidaknya aku sudah berdo'a dan tiga kali mendapat petunjuk yang sama. Apakah aku meragukanNYA? apa hanya akunya saja yang tidak punya nyali untuk bertindak menentukannya? Apa emang akunya saja, begitu saja tidak bisa. Ya nyatanya memang begitu, rindu untuk bertemu, sudah bertemu malah membisu. Dasar payah! tidak bisa bertindak!
Pertanyaan, mulai muncul pertanyaan-pertanyaan dari rumah. Diserbu dengan pertanyaan yang sama ketika menyapa. Berusaha menenangkan, begitu saja kesehariannya. Tatapan mata kosong, bagaimana bisa bercerita, yang ada hanya mengeja. Mengeja langkah demi langkah. Banyak takut melangkahnya ketimbang langkah yang dijalaninya. Tidak tahu antara takut atau gengsi, yang pasti jauh dari relaksasi.
Mengekang, terkekang oleh bingung dan pertanyaan. Layakkah ini mengekang? aku rasa si tidak, tapi nyatanya setiap langkah tidak terasa menenangkan karena terfikirkan akan kebingungan dan pertanyaan. Berjalan kemana saja sama saja rasanya. Lalu harus berjalan kemana lagi? Berkunjung kesana kemari, yang diangan hanya kedua hal ini. Sampai saat inipun, mungkin aku masih dihantui dua hal ini. Lalu bagaimana caranya? yang jelas menghindar bukan pilihannya. Belajar menyelesaikan apa yang sudah dimulai, ambil resikonya.
Komentar
Posting Komentar